Tropicality: Revisited, Kajian dan Sajian Tropikalitas di Frankfurt
Oleh: Robin Hartanto | Senin, 6 Maret 2017
Setiap wacana arsitektur di Indonesia hampir selalu bertaut-paut dengan isu tropikalitas. Sebagai suatu kondisi, iklim tropis menuntut respons aktif para arsitek dalam tiap rancangan yang mereka ajukan. Tetapi tropikalitas juga kerap menyediakan titik berangkat dalam berkreasi. Pameran Tropicality: Revisited—Recent Approaches by Indonesian Architects membedah isu tropikalitas dengan mengkaji sejarah dan latar belakangnya dalam konteks sejarah arsitektur Indonesia, dan dengan menyajikan dua belas studi kasus yang merepresentasikan upaya-upaya aktif para arsitek kontemporer Indonesia dalam merespons konteks iklim dan lokalitas di berbagai kota.
“Ragam upaya dan sikap terhadap iklim tropis tidak terbatas hanya pada memberikan perlindungan terhadap ‘masalah’ panas matahari dan hujan,” ungkap Avianti Armand dan Setiadi Sopandi, kurator pameran Tropicality: Revisited, “namun juga mencakup gagasan kreatif dan artistik mengenai bagaimana arsitek bersikap: menerima hujan, merekayasa cahaya, menghalau lembab, berteduh dalam bayang-bayang, membangun selubung, meregang celah, mendinginkan naungan, hingga membiarkan angin sepoi-sepoi menerobos seluk beluk pojok ruang.”
Tropicality: Revisited merupakan bagian dari representasi Indonesia sebagai tamu kehormatan pada Frankfurt Book Fair 2015. Pameran ini berlangung selama 28 Agustus 2015-17 Januari 2016, bekerja sama dengan Deutsches Architekturmuseum (DAM). Di tingkat paling atas gedung DAM di Frankfurt, eksposisi yang bertajuk Tropicality mengisi ruang pamer dalam. Pada bagian ini, dipaparkan linimasa sejarah wacana tropikalitas di Indonesia yang dibagi ke dalam tujuh kategori, yaitu “The Tropics”; “Climate, Hygiene, and Building”; “Climatology”; “Dutch East Indies Architectural Discourse”; “The History of Tropical Architecture”; “Towards an Indonesian architecture”; dan “The Reinvention of Tropical Discourse”. Case Study, bagian kedua pameran, mengisi ruang pamer luar dalam wujud dua belas pasang panel segitiga dan maket bangunan—masing-masingnya mewakili tiap studi kasus. Dari 70 karya yang mengikuti seleksi pameran, dua belas karya arsitek yang dipamerkan adalah: Rumah Baca (Achmad Tardiyana), Studi-O Cahaya (mamostudio), Wisnu House (djuhara + djuhara), Andra Matin House (andramatin), Kineforum Misbar (Csutoras & Linado), Tamarind House (d-associates), Almarik Restaurant (EFF Studio), Eko Prawoto House (Eko Prawoto Architecture Workshop), Timber House (Studio Akanoma), House #1 at LABO. the m o r i (LABO.), Ize (Studio Tonton), dan Baiturrahman Mosque (Urbane Indonesia).
Koleksi arsip Tropicality: Revisited mencakup dokumen-dokumen persiapan pameran, dokumen press release, poster acara, foto-foto pameran di Frankfurt, dan foto-foto kedua-belas karya arsitektur yang dipamerkan.
28 Agustus 2015-17 Januari 2016
Deutsches Architekturmuseum, Schaumainkai 43, 60596 Frankfurt am Main, Jerman
Avianti Armand, Setiadi Sopandi, Peter Cahcola Schmal (kurator), Robin Hartanto, Andreas Yanuar Wibisono (asisten kurator), Paul Kadarisman (fotografer), Suryani Liauw, Ary Sendy (tim fotografi), Ismiaji Tjahjono (desainer grafis), Brita Köhler, Lisa Katzenberger (PR), Wolfgang Welker (sekretaris), Inka Plechaty, Jaqueline Brauer (administrasi), Angela Tonner, Marina Barry, Gerhard Winkler, Harald Pompl, Ulrich Diekmann, Michael Reiter unter der Leitung von Christian Walter (instalasi)